Anak dan Egonya

Namanya Ardi, seorang pemuda berusia 23 tahun yang baru saja lulus kuliah dan diterima kerja di sebuah startup kecil. Gajinya belum tetap, masih berbasis proyek. Namun, begitu menerima pembayaran pertamanya, ia langsung membeli motor baru secara kredit.

Ibu dan ayahnya menatapnya dengan penuh harap, berharap Ardi akan membantu sedikit meringankan beban rumah tangga. Sejak kecil, Ardi dirawat dengan penuh kasih. Mereka tak pernah menuntut balas, hanya ingin melihat anaknya sukses dan peduli.

Namun, Ardi merasa ia harus memprioritaskan kebahagiaannya sendiri.

Ibu: "Nak, nanti kalau ada sisa uang, tolong bantu belikan obat ayah, ya... akhir-akhir ini beliau sering pusing."

Ardi: "Bu, uang Ardi sudah habis buat bayar cicilan motor bulan ini. Kan Ardi juga butuh transport buat kerja."

Ibu: "Iya, Nak... tapi jangan sampai barang dunia buat kamu lupa sama kami yang sudah tua..."

Hari-hari berlalu. Ardi makin sibuk mengejar gaya hidup dan melupakan kewajibannya. Sementara itu, ibunya jatuh sakit karena terlalu sering memendam kecewa. Ayahnya hanya bisa termenung di beranda rumah, berharap anaknya sadar.

Ayah: "Dulu kita berdua berkorban untuk sekolahnya, rela tak beli apa-apa demi dia bisa makan dan belajar..."

Ibu: "Tapi sekarang... dia lebih ingat cicilan motornya daripada obat kita."

Sampai suatu hari, Ardi pulang dan melihat ibunya terbaring lemah. Ia menangis dalam penyesalan. Tapi waktu tak bisa diputar kembali. Keegoan yang dulu terlihat kecil, telah menorehkan luka besar di hati orang tuanya.

Hadis Nabi Muhammad SAW:

“Celakalah! Celakalah! Celakalah!” Maka ditanyakan kepada beliau, “Siapa yang celaka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Barang siapa yang menjumpai kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, atau salah satu dari keduanya, kemudian ia tidak (masuk surga) karena berbakti kepada mereka.”

(HR. Muslim no. 2551)

Pelajaran: Harta, kendaraan, dan semua keinginan dunia bisa ditunda. Tapi orang tua tidak bisa ditunda. Mereka makin tua, makin lemah, dan hanya ingin sedikit perhatian dari anak-anaknya. Jangan sampai ego dan nafsu sesaat membuat kita lupa pada mereka yang telah mencintai kita tanpa syarat.